Photobucket

Sabtu, 21 April 2012

Sedikit catatan saat menjalankan ibadah Umroh

1. Masjid Bir Ali
Masjid Bir Ali adalah tempat Miqot bagi penduduk Madinah yang akan ber-umroh atau berhaji, seperti  yang dicontohkan pula oleh Nabi. Jika kita Umroh dari Indonesia, pada umumnya setelah mendarat di  Jeddah langsung ke Madinah, bermukim beberapa hari di Madinah, lalu memulai proses umroh dengan Miqot di Masjid Bir Ali, sesuai sunnah Nabi. Masjid Miqat.
Letaknya kira-kira 12 km dari Masjid Nabawi. Dinamakan Masjid Miqot karena disitulah miqot untuk penduduk Madinah dan yang melewatinya. Diriwayatkan bahwa Nabi dalam perjalanan pulang pergi dari Madinah ke Mekkah, beliau berhenti dan sholat di tempat itu.


2.Masjid Nabawi

Masjid Nabawi, adalah salah satu mesjid terpenting yang terdapat di Kota Madinah, Arab Saudi karena dibangun oleh Nabi Muhammad SAW. dan menjadi tempat makam beliau dan para sahabatnya. Masjid ini merupakan salah satu masjid yang utama bagi umat Muslim setelah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjidil Aqsa di Yerusalem. Masjid Nabawi adalah masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW., setelah Masjid Quba yang didirikan dalam perjalanan hijrah beliau dari Mekkah ke Madinah. Masjid Nabawi dibangun sejak saat-saat pertama Rasulullah SAW. tiba di Madinah.


3. Raudoh
Pada bagian lain dari Masjid Nabawi terdapat taman (Raudah) yang terletak di antara bekas rumah Nabi Muhammad SAW dan mimbar.


4. Makam Baqi
Disamping Mesjid Nabawi terdapat makam Baqi, suatu kompleks kuburan yang cukup luas dan berada di tengah kota Madinah. Di Baqi, kita tidak tahu siapa yang dikubur di bawah gundukan yang hanya bertanda 2-3 batu biasa. Tidak ada nisan bertulisan nama, tak ada tanpa apapun yang membedakannya dari kuburan lainnya.


5. Masjid Quba
Masjid Quba merupakan masjid pertama yang didirikan Nabi Muhammad SAW pada saat hijrah ke Madinah (622 M). Masjid ini terletak sekitar 5 km dari Masjid Nabawi di Madinah. Nabi SAW membangun sendiri arah kiblat masjid ini dari batu. Arah kiblat ini mengalami dua kali perubahan. Pada awalnya arah kiblat menghadap ke Baitulmakdis (Yerusalem), kemudian diubah menjadi ke arah Ka’bah (Mekah).


6. Masjidil Haram
Masjidil Haram adalah sebuah di kota  Mekkah, yang dipandang sebagai tempat tersuci bagi umat Islam. Masjid ini juga merupakan tujuan utama dalam ibadah haji. Masjid ini dibangun mengelilingi Ka’bah, yang menjadi arah kiblat bagi umat Islam dalam mengerjakan ibadah salat. Imam Besar masjid ini adalah Syaikh Abdurrahman As-Sudais, seorang imam yang dikenal dalam membaca Al Qur’an dengan artikulasi yang jelas dan suara yang merdu.

Menurut keyakinan umat Islam, Ka’bah atau nama lainnya Bakkah pertama sekali dibina oleh Nabi Adam. Dan kemudian dilanjutkan pada masa Nabi Ibrahim bersama dengan anaknya, Nabi Ismail dan sekaligus membangun masjid di sekitar Ka’bah tersebut
Selanjutnya perluasan Masjidil Haram dimulai pada tahun 638 sewaktu khalifah Umar bin Khattab, dengan membeli rumah-rumah di sekeliling Ka’bah dan diruntuhkan untuk tujuan perluasan, dan kemudian dilanjutkan lagi pada masa khalifah Usman bin Affan sekitar tahun 647 M.
Menurut hadits shahih, satu kali salat di Masjidil Haram sama dengan 100.000 kali salat di masjid-masjid lain, kecuali Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha. Satu kali salat di Masjid Nabawi sama dengan 1.000 kali salat di masjid-masjid lain, kecuali Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha. Adapun satu kali salat di Masjidil Aqsha sama dengan 250 kali salat di masjid-masjid lain, kecuali Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Seluruh umat islam diperintah untuk memalingkah wajahnya/hatinya kearah masjidil haram dimanapun berada, hal ini di perkuat dengan surah al-baqarah ayat 149 dan 150. perintah ini hampir sama derajatnya dengan perintah Allah yang lain seperti hal melakukan sholat, zakat, puasa, haji, cuma pada saat ini perintah untuk memalingkan wajah/hati di mana saja berada ke arah masjidil haram tidak begitu populer di kalangan islam di indonesia.

7. Shafa dan Marwah
Shafa dan Marwah, adalah dua bukit yang terletak di Masjidil Haram di Mekah, Arab Saudi tempat melaksanakan ibadah sa’i dalam ritual ibadah haji dan umrah.
Dalam tradisi Islam, Ibrahim diperintah Alloh untuk meninggalkan isterinya Siti Hajar di gurun bersama puteranya Ismail yang masih bayi dengan perbekalan sebagai ujian bagi keimanannya. Saat perbekalan tersebut habis, Siti Hajar mencari bantuan. Ia meninggalkan bayinya di tanah yang sekarang menjadi sumur Zamzam. Berharap untuk dapat memperoleh air ia mendaki bukit terdekat, Shofa, untuk melihat barangkali saja ada pertolongan atau air di dekat situ. Saat ia tidak melihat siapapun di sana, ia pindah ke bukit lainnya, Marwah, agar bisa melihat ke tempat lebih luas. Tetapi dari bukit itu pun tak tampak apa yang dicarinya sehingga ia terus bolak-balik sambil berlari di atas panasnya pasir gurun sampai tujuh kali balikan. Saat ia kembali ke Ismail, ia melihat air telah memancar dari tanah di dekat kaki bayi yang sedang menangis itu.
Umat Islam percaya bahwa saat itu Alloh telah mengutus malaikat Jibril untuk memunculkan air di sana. Saat melihat air memancar, Siti Hajar menampungnya dalam pasir dan batu. Nama Zamzam yang berarti “berhentilah mengalir”, adalah ungkapan yang diucapkan berulang-ulang oleh Siti Hajar saat berupaya menampung air itu. Daerah di sekitar munculnya air tersebut, yang kemudian berubah menjadi sumur, dijadikan tempat beristirahat bagi para kafilah, dan selanjutnya berkembang menjadi kota Mekkah tempat lahir Nabi Muhammad.
Masjidil Haram merupakan tempat dari Ka’bah, titik tujuan utama salat bagi seluruh muslim. Shofa — yang merupakan tempat dimulainya ritual sa’i (Arab: ???) — terletak kurang lebih setengah mil dari Ka’bah. Marwah terletak sekitar 100 yard dari Ka’bah. Jarak antara Shofa dan Marwah sekitar 450 meter, sehingga perjalanan tujuh kali berjumlah kurang lebih 3,15 kilometer. Kedua tempat itu dan jalan diantaranya sekarang berada di dalam bagian mesjid.
Maksud dari melakukan sa’i adalah untuk memperingati peristiwa pencarian air oleh Hajar tersebut dan kemurahan Alloh dalam mengabulkan doa-doa.
Pelaksanaan Sa’i
Sa’i adalah pencarian. Hal itu merupakan gerakan bertujuan. Hal itu digambarkan dengan berlari dan tergesa-gesa. Selama tawaf (mengelilingi ka’bah) anda beperan sebagai Hajar. Dalam posisi Ibrahim anda bertindak sebagai Ibrahim dan Ismail. Begitu anda memulai sa’i anda berperan sebagai Hajar kembali. Ini adalah peragaan dari kesatuan. Bentuk, pola, warna, ukuran, kepribadian, batas, perbedaan, dan jarak dihancurkan. Manusia yang telanjang dan kemanusiaan yang murni ada di sana! Tiada lain dari kepercayaan, keimanan dan tindakan menjadi nyata! Di sini tidak ada yang berarti; bahkan Ibrahim, Ismail, dan Hajar hanyalah nama, kata, dan simbol. Segala apa yang ada bergerak secara konstan, kemanusiaan dan spiritualitas serta diantaranya hanyalah disiplin. Lebih jauh, inilah arti Haji, suatu keputusan untuk gerakan terus menerus dalam arah tertentu. Dengan cara demikian pula dunia ini bergerak.
8. Tahalul
Tahalul yang secara harfiah berarti dihalalkannya kembali larangan-larangan selama berihram, hal itu ditandai dengan mencukur rambut. Untuk, jamaah haji wanita tahalul dengan bercukur itu disyaratkan hanya beberapa helai ujung rambut saja, sedangkan untuk jamaah haji laki-laki disunnah untuk menggunduli rambutnya, terutama bagi mereka yang baru melakukan ibadah haji untuk pertama kalinya.
Usai pelaksanaan haji/umroh di Mekkah suasana memang berubah, terlihat jamaah haji laki-laki yang akan menuju Masjidil Haram berpenampilan baru dengan kepala gundul plontos, atau cepak satu senti. Membuang habis rambut dikepala itu, diyakini dapat membersihkan dosa-dosa seusai pelaksanaan haji, dimana pada saat melaksanaan wukuf dan berada di Masjidil Haram jamaah haji telah meminta ampunan dari Allah SWT.
Segala puja dan puji bagi Allah atas apa yang Dia ni’matkan kepada kami. Ya Allah, inilah ubun-ubunku, terimalah do’aku dan ampunilah dosaku. Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa orang yang bercukur dan yang bergunting. Ya Allah Yang Maha Luas ampunan-Nya. (Disebutkan oleh an-Nawawi).
Demikianlah sedikit catatan (teks/kalimat dan sebahagian gambar/foto ditambahkan dari beberapa sumber yang diambil guna melengkapi catatan). Sebagai ungkapan rasa atas selesai maupun terlaksananya kegiatan selama menjalankan ibadah umroh Sebagai pengalaman dalam penguatan aqidah kami. Mohon maaf atas segala kekurangan ilmu yang kami (pribadi) miliki/ada, semata sebagai manusia.  Sedangkan ilmu, kebenaran, kelebihan mutlak milik Allah SWT.


0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih bagi Anda yang sudah memberikan komentar di sini. Salam Alumni Elektronika 87